CINTA SATU SISI
Melati NF
Bukan
alasan yang serius saat aku merasa aku mencintaimu. Hanya rikuh, dan jantung yang bergemuruh. Hanya
itu. Saat aku tak sanggup sekedar mematri diri di sekitarmu, ya saat itu, aku
jatuh cinta.
Sesuatu
yang membuatku nyaman, bukan sesuatu yang buatku jatuh cinta, mungkin hanya
sekadar jatuh hati.
Belum
lama ini, orang yang membuatku rikuh mengatakan ‘aku akan klarifikasi’. Hal apa
yang harus diklarifikasi? Ia tidak suka aku? Ah, aku hanya menebak. Jika memang
benar itu, rasanya aku juga ingin katakan ‘tak perlu, aku sudah tahu’. Atau ia
ingin katakan ‘jangan berharap lebih, aku bersikap baik padamu, tidak ada arti
apa-apa’, lagi-lagi jika hal itu yang ingin ia klarifikasi aku hanya ingin
katakan ‘tak perlu, aku sudah paham itu’.
Bagaimanapun,
dengan proses apapun, jika aku yang cinta, aku tak mudah hapuskan. Aku
merasakan sesal atas apa yang kulakukan. Mengatakan ‘aku cinta kau’ padanya.
Tapi mungkin pula aku akan lebih menyesal ketika aku tidak pernah
mengatakannya.
Berani
sekali? Tidak. Justru, aku melakukannya karena aku takut kehilangan. Ya,
bodohnya, aku takut kehilangan sesuatu yang tidak kumiliki.
Lantas,
bagaimana sekarang? Aku takut mendengar sesuatu yang akan diucapkan nanti
olehnya. Jika hal di atas yang benar-benar akan ia ucap, aku takut asaku lebur.
Jika hal di atas yang ingin ia ucapkan, pastilah aku akan bertanya-tanya
‘apakah aku sudah tak miliki kesempatan?’. Ah, padahal sejauh ini memang aku
tak sempat melihat kesempatan itu muncul.
Maafkan
aku. Hanya itu yang ingin aku ucapkan. Aku hanya takut mendengar yang nyata,
aku sadari, aku hidup dalam penuh khayal selama ini. Menyulam cinta dengan
harap yang palsu.
Maafkan
aku, kau yang di sana. Cinta satu sisi ini mungkin memberatkanmu. Tapi, tidak
juga meringankanku. Maafkan rasa ini. Rasa yang tak ingin mati. Rasa yang sudah
kau ketahui. Tapi, maafkan aku, sungguh, aku tak ingin kau membiarkanku
menghapus rasa ini. Cinta satu sisi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar