Rabu, 10 Juni 2015

Pernah



PERNAHKAH BERSAJAK AKU PERNAH?

Pernahkah kau menulis sebuah surat? Ditujukan untuknya namun kau tak mengirimnya. Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau menulis puisi? Yang dia adalah pemeran utama di dalamnya. Kau menangis, kau mencaci, kau membenci dirimu yang tak bisa berhenti mencintainya. Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau menulis namanya di pasir pantai? Berharap namanya akan tersapu ombak, menghilang, begitu juga dari dalam hatimu? Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau membiarkan tinta menggoreskan jejak yang membentuk namanya di kertas tanpa kau sadari? Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau bernyanyi karena merasa lagu itu sesuai dengan keadaanmu? Pernahkah? Aku pernah. Maaf, aku sering.
Pernahkah kau berlari saat melihat kedatangannya? Takut kau bertingkah bodoh di hadapannya? Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau memilih memalingkan wajah darinya? Sedangkan jarang ada kesempatan kau untuk bisa memandangnya? Pernahkah? Aku pernah.
Pernahkah kau merasa cemburu padahal kau bukanlah dunianya? Pernahkah? Jangan tanya aku. Itu pertanyaan retoris.
Pernahkah kau melakukan hal yang tabu? Menyatakan cinta (lebih dulu)? Hey, aku pernah.
Pernahkah kau menanti tanpa ada janji sebelumnya? Pernahkah? Aku pernah. Itu karena aku berharap.
Pernahkah kau kecewa karena dia tak juga paham? Pernahkah? Aku? Entahlah, aku tidak benar-benar mengerti.
Pernahkah kau dengan tidak sengaja menyematkannya dalam mimpimu? Pernahkah? Aku? Tentu saja. itu di luar kemampuanku.
Pernahkah? Aku pernah…bahkan masih.

Melati Nur Fajriani, 10 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar